Suatu instrumen dikatakan valid jika
instrumen yang digunakan tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.[1]
a.
Uji Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi yaitu derajat dimana
sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.[2]
Uji validitas isi hanya digunakan
untuk instrumen yang berbentuk tes. Pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan.[3]
b.
Uji Validitas Konstruk (Construct
Validity)
Validitas konstruk merupakan derajat
yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical
construct.[4]
Untuk menguji validitas
konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli (Judgment experts). Dalam
hal ini, setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan
ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang istrumen yang telah disusun.[5]
[1]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) p. 121
[2]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) p. 123
[4]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) p. 123
assalamualaikum..
BalasHapusmas mau tanya, seperti yang anda tulis diatas dapat disimpulkan bahwa uji validitas konstruk hanya menggunakan expert judgement, padahal pada buku-buku penelitian disebutkan bahwa untuk validitas konstruk mengunakan expert judgement dan uji coba dilapangan. apakah memang boleh hanya menggunakan expert judgement?
trimakasih, mohon dibalas :)
mf sblumnya baru blz....
Hapussblumnya sya jg menggunakan uji lapangan jga untk mendapatkan validitas dengan menggunakan statistik, tpi penguji saya menyarankan validitas instrumen hanya menggunakan isi dan konstruk. beliau jga menunjukkan sebuah artikel yang menerangkan kenapa uji validitas tidak perlu menggunakan statistik (heheh.....tpi mf, sya lupa artikelnya dan pengarangnya siapa)