Salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
melalui pemakaian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai kurikulum
pendidikan di Indonesia. Pembelajaran berbasis kompetensi menerapkan pendekatan
belajar tuntas. Belajar tuntas (mastery
learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk
setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan
kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya.[1]
Ide
teoritis inti dalam mastery learning
didasarkan pada persektif yang menarik dari john B. Carroll tentang makna
bakat. Carroll memandang bakat sebagai jumlah waktu yang akan membawa seseorang
untuk mempelajari suatu materi yang diberikan, bukan sebagai kapasitas
seseorang itu untuk menguasainya.[2] Dengan
pemberian waktu yang cukup sesuai dengan kemampuan siswa diharapkan penguasaan
penuh dalam pembelajaran dapat tercapai.
Ada
dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam belajar tuntas, yaitu:
1. Belajar
Tuntas dengan Pendekatan Seluruh Kelas
Pada
pendekatan ini siswa boleh pindah dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan
berikutnya, setelah 85% populasi kelas mencapai KKM 75%. Ini berarti majunya
para siswa secara bersama-sama.
2. Belajar
Tuntas dengan Pendekatan secara Individual
Pada
pendekatan ini setiap siswa yang telah mencapai KKM 75% dapat pindah dari pokok
bahasan, ke pokok bahasa berikutnya tanpa menanti siswa lainnya. Ini berarti
majunya para siswa secara individual.
Agus
Suprijono dalam buku “Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM menyatakan dalam Belajar Tuntas (mastery learning) ada beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain:[3]
· siswa
tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
· Jika
siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata
pelajaran dan diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar
mereka akan mencapai ketuntasan.
· Guru
harus memperhatikan antara waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik siswa
dan waktu yang tersedia dibawah kontrol guru.
· Siswa
yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat
berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka
diajar dengan strategi dan materi yang berurutan, mulai dari tingkat kompetensi
awal mereka.
Pelaksanaan
belajar tuntas dalam kegiatan belajar mengajar antara lain:[4]
1. Guru
memperkenalkan tujuan instruksional khusus/tujuan pembelajaran pada satuan
pelajaran yang akan dipelajari dengan cara: (1) memperkenalkan tabel
spesifikasi tentang arti dan cara mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan
belajar, atau (2) mengajukan pertanyaan yang menonjolkan isi bahan yang akan
disajikan secara intelektual, atau (3) mengajukan topik umum, atau konsep umum
yang akan dipelajari, atau menyajikan ringkasan materi pelajaran terdahulu.
2. Penyajian
rencana kegiatan belajar-mengajar berdasarkan standar kelompok.
3. Penyajian
pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran.
4. Melakukan
diagnostic progress test.
5. Mengidentifikasi
kemampuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum memuaskan.
6. Menetapkan
siswa yang hasil belajarnya telah memuaskan.
7. Memberikan
kegiatan korektif kepada siswa yang hasil belajarnya “belum memuaskan” dengan
cara (1) bantuan tutor teman sekelas, (2) guru mengajarkan kembali bahan yang
berhubungan dengan pokok uji apabila sebagian besar siswa belum memuaskan, (3)
siswa yang bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan
dan melakukannya secara individual.
8. Memonitor
keefektifan kegiatan korektif.
9. Menetapkan
siswa yang hasil belajarnya memuaskan.
[1] Usman,
Moh. User dan Lilis Setiawati. Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1993),
hlm 96
[2] Wahyudin.
Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran
Seri 3. (Jakarta: CV. IPA Abong. 2008), hlm. 28
[3] Agus
Suprijono. Cooperative Learning: Teori
dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009), hlm. 136
[4] Oemar Hamalik. Pendekatan
Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo. 2009). Hlm. 93
ijin menyadur
BalasHapus