Translate

Senin, 27 September 2010

Laporan Akhir KKN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Wilayah Banyunganti Kidul
1. Keadaan Wilayah
Secara administratif lokasi Dusun Banyunganti Kidul adalah wilayah Desa Kaliagung yang berada di wilayah Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Posisi geografisnya berada di sebelah timur kota Wates yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Kulon Progo, berjarak kurang lebih 1 km dari kantor kelurahan, 3 km dari kecamatan, 25 km dari Pusat Pemerintahan Ibu Kota Propinsi DIY.
Wilayah Dusun Banyunganti Kidul mencakup 2 RW, yaitu RW 15 dan RW 16. Masing-masing terdiri dari dua RT. Wilayah RW 15 mencakup RT 29 dan RT 30 sementara RW 16 mencakup wilayah RT 31 dan RT 32.
Adapun batas-batas wilayah Dusun Banyunganti Kidul adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Dusun Banyunganti Lor, Desa Kaliagung
b. Sebelah Selatan : Dusun Kleben, Desa Kaliagung
c. Sebelah Barat : Dusun Ngrandu, Desa Kaliagung
d. Sebelah Timur : Dusun Gedangan, Desa Sentolo
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Dengan kondisi tanah yang subur untuk bercocok tanam serta lahan pertanian yang masih luas, rata-rata penduduk Banyunganti Kidul ini bekerja sebagai petani. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai buruh tani, wirausaha, PNS dan ini hanya sebagian kecil.
Walaupun mayoritas penduduk Banyunganti Kidul bekerja sebagai petani dan buruh, namun ditinjau dari tingkat kesejahteraan rata-rata masih masuk dalam golongan tingkat menengah. Hal ini ditandai dengan kepemilikan fasilitas penunjang seperti kendaraan bermotor dan lain-lain. Dan jika dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun maka bisa disimpulkan sudah jauh mengalami peningkatan.
3. Sosial Politik
Masyarakat lingkungan Banyunganti Kidul sebagaimana masyarakat lainya memiliki struktur sosial politik yang relatif majemuk. Dan yang menjadi ciri khas disini masih menganut paham feodalisme. Namun dengan semangat kegotong royongan dan adanya rasa toleransi yang tinggi antar satu dengan yang lain sehingga dalam hal ini sangat mempengaruhi keintegralan person-person masyarakat lingkungan Banyunganti Kidul. Dan semua elemen pengelolaan masyarakat berjalan dengan baik berpusat pada kegiatan-kegiatan kegamaan yang selalu rutin dilaksanakan.
Adapun struktur pemerintahan di dusun Banyunganti Kidul terdiri dari:
• Kepala dusun : Widodo Suwarno
• Ketua RT 29 : Bagiyo
• Ketua RT 30 : Suwarto
• Ketua RT 31 : Suyitno
• Ketua RT 32 : Sukis Riyanto
4. Sosial Budaya
Kelurahan Kaliagung khususnya lingkungan Banyunganti Kidul merupakan wilayah yang masih kental mempertahankan tradisi dan budayanya, dan memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi dikalangan masyarakatnya, serta memiliki sikap saling tolong-menolong yang tinggi, dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan masyarakat yang dipersiapkan secara gotong royong.
Kondisi sosial lainya dapat dilihat dari berbagai organisasi masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang ada di Banyunganti Kidul seperti: Dasawisma, PKK, pertemuan karang taruna, pertemuan bapak-bapak, dan lain-lain. Kegiatan ini selain mempererat ukhuwah dan tali silaturahmi juga memberikan kesan kebersamaan yang erat antar warga satu dengan yang lain.
5. Sosial Keagamaan Masyarakat Setempat
Secara umum mayoritas penduduk lingkungan Banyunganti Kidul beragama Islam. Masyarakat lingkungan Banyunganti Kidul merupakan masyarakat yang mempunyai kesadaran religius yang tinggi. Kegiatan-kegiatan keagamaan berkembang dan terlaksana dengan baik di lingkungan Banyunganti Kidul ini. Masyarakat secara rutin memiliki kegiatan keagamaan berupa yasinan, berjanji, mujadahan, dan pengajian rutin yang diadakan setiap malam Jum’at. Masyarakat masih melestarikan tradisi-tradisi keagamaan tersebut di lingkungan Banyunganti Kidul.
B. Key Person: Tokoh-tokoh Masyarakat yang Berpengaruh
Adapun tokoh kunci/tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh dan tempat untuk berkonsultasi bagi program yang kami laksanakan di antaranya:
1. Bapak Widodo Suwarno, selaku dukuh Banyunganti Kidul.
2. Bapak Bagiyo, selaku Ketua RT 29
3. Bapak Suwarto, selaku Ketua RT 30
4. Bapak Suyitno, selaku Ketua RT 31
5. Bapak Sukis Riyanto, selaku Ketua RT 32
6. Bapak Waji Siswanto, selaku Takmir Masjid Baiturrahman
7. Bapak Pardi, selaku takmir Musholla Al-Barokah
8. Bapak Sudarman, selaku Ketua Kelompok Tani
9. Ibu Keminem, selaku Koordinator PAUD
10. Saudara Okto Ayomi, selaku Ketua Karang Taruna
11. Saudara Agus Prasetyo, selaku Koordinator TPA Masjid ”Baiturrahman”.

BAB II
PROSES / ALUR KEGIATAN
A. Alur Kegiatan (Awal dan Akhir)
Kegiatan KKN diawali dengan acara Pelepasan dan Penempatan KKN ke lokasi berlangsung pada tanggal 12 Juli 2010 di Balai Desa Kali Agung. Kemudian tahap pertama yang dilakukan adalah observasi situasi dan kondisi masyarakat Dusun Banyunganti Kidul, Kelurahan Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan penelitian dan observasi yang dilakukan selama satu minggu pertama, terhitung mulai tanggal 12-18 Maret 2010 diketahui kondisi masyarakat dusun Banyunganti Kidul sebagai acuan dalam menyusun Rencana Program Kerja (RPK).
RPK yang dibuat berdasarkan pada permasalahan yang ada di masyarakat diteliti untuk disetujui oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Tahap selanjutnya adalah persiapan program yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga program terlaksana sesuai dengan jadwal.
Setelah pelaksanaan program selesai, hasilnya dicatat di dalam Buku Besar Kegiatan KKN. Hal terakhir yang dilakukan penulis setelah semua program selesai adalah pembuatan laporan akhir individu.
B. Bentuk-bentuk Kegiatan
Adapun bentuk-bentuk kegiatan selama Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Dusun Banyunganti Kidul adalah:
1. Bidang Kefakultasan/Jurusan/Prodi
a. Bimbingan belajar Matematika
b. Pelatihan tentor
2. Bidang Penunjang
a. Pelatihan menggambar
b. Pendampingan PAUD
c. Optimalisasi TPA
C. Proses Dijalankan
1. Bidang Kefakultasan/Jurusan/Prodi
a. Bimbingan belajar Matematika
No Tangal Kegiatan Keterangan
1 26 Juli – 17 Agustus Bimbingan belajar Matematika
- Kegiatan dimulai pada 15.00 – 17.00 WIB
- Jumlah peserta 15 anak
- Tempat rumah Bpk. Widodo Suwarno ( Dukuh )
b. Pelatihan tentor
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 8 Agustus 2010 Pelatihan tentor - Kegiatan dimulai pada pukul 16.00 - 17.30 WIB
- Peserta yang hadir 5 orang
- Tempat di rumah Bpk. Widodo suwarno (Dukuh)
2. Bidang Penunjang
a. Pelatihan menggambar
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 15-17 Juli 2010 Pelatihan menggambar - Kegiatan dimulai pada pukul 16.00 WIB s.d. pukul 17.30 WIB
- Peserta yang hadir 5 orang
- Tempat di Mushola Al-Barokah
b. Pendampingan PAUD
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 29 juli dan 9 Agustus 2010 Pelatihan menggambar dan mewarnai
- Kegiatan dimulai pada pukul 09.00 WIB s.d. pukul 11.00 WIB
- Peserta yang hadir adalah anak-anak PAUD
- Tempat di rumah Bpk. Widodo Suwarno (Dukuh)
c. Optimalisasi TPA
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 14, 24, 27 juli dan 6, 9, 19 Agustus 2010 Pengajaran tentang cara membaca iqra dan Al-qur’an yang baik dan benar pada anak-anak TPA Musholla Al-Barokah - Kegiatan dimulai pada pukul 16.00 WIB s.d. pukul 17.30 WIB
- Peserta yang hadir adalah anakanak TPA Al-Barakah
- Tempat di mushola Al-Barokah

D. Tanggapan Masyarakat
Kesuksesan dan kelancaran program KKN tidak bisa lepas dari partisipasi warga masyarakat yang ada di dusun Banyunganti Kidul. Program KKN yang telah selesai dilaksanakan mendapat respon positif dari masyarakat dan mereka sangat mendukung program KKN tersebut. Masyarakat begitu antusias dengan adanya berbagai program yang dilaksanakan penyusun. Mereka memberikan dukungan dan masukan yang membangun demi kesuksesan dan kelancaran dari program kerja yang dilaksanakan penyusun.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada masyarakat Banyunganti Kidul yang telah berpartisipasi sehingga kesuksesan dan kelancaran pelaksanaan program kerja KKN dapat tercapai.

BAB III
HASIL DAN DAMPAK (Kualitatif dan Kuantitatif)

A. Hasil yang Dicapai
No Program Kerja Hasil dan tanggal Pelaksanaan Hasil Kualitatif Hasil Kuantitatif
1 Bimbingan belajar Matematika
Kegiatan dilaksanakan 3x dalam seminggu pada hari senin, selasa dan jumat. Anak-anak dapat lebih memahami materi dan menyelesaikan tugas Mapel Matematika dari sekolah Kegiatan ini diikuti oleh 15 anak
2 Pelatihan tentor Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2010 Anak-anak lebih termotivasi untuk mempelajari Matematika dan membantu teman yang lain untuk menyelesaikan permasalahan matematika Kegiatan ini diikuti oleh 5 anak
3 Pelatihan menggmbar
Kegiatan dilaksanakan 3 kali pada tanggal 15, 16 dan 17 Agustus 2010 Anak-anak mempunyai ketrampilan menggambar Kegiatan ini diikuti oleh 5 anak TPA untuk persiapan Lomba FASI kec.Sentolo
4 Pendampingan PAUD
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 29 Juli dan 9 Agustus 2010 Peserta PAUD mempunyai keterampilan menggambar dan cara mewarnai gambar yang baik. Kegiatan ini diikuti oleh peserta PAUD.
5. Optimalisasi TPA Musholla Al-Barokah Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 14, 24, 27 juli dan 6, 9, 19 Agustus 2010 Bertambahnya pengetahuan anakbagaimana cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. - Anak-anak TPA Mushala Al-Barakah

B. Dampak Perubahan yang Terjadi
Dengan diadakannya berbagai macam program kerja yang dilaksanakan di Banyunganti Kidul diharapkan dapat membawa perubahan yang berarti khususnya bagi warga Banyunganti Kidul. Setelah diteliti dan dianalisis dapat diketahui bahwa pelaksanaan program kerja KKN di Banyunganti Kidul membawa dampak positif baik bagi penyusun maupun bagi masyarakat Banyunganti Kidul.

BAB IV
RENCANA TINDAK LANJUT DAN REFLEKSI

A. Rencana Tindak Lanjut
Program kerja yang telah diselesaikan akan lebih efektif lagi jika dilakukan tindak lanjut terhadap program tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan lagi suatu program ke arah yang lebih baik.
Untuk pengembangan minat dan bakat khususnya yang berhubungan dengan keterampilan akan diadakan pelatihan keterampilan dan jika diperlukan akan dibuka kelas keterampilan yang mana dikelas tersebut diadakan berbagai pelatihan dalam bidang keterampilan yang berhubungan dengan minat dan bakat anak-anak Banyunganti Kidul khususnya dan masyarakat Banyunganti Kidul umumnya.
B. Refleksi (Hikmah)
Setelah menyelesaikan KKN di lingkungan Banyunganti Kidul banyak sekali pengetahuan yang diperoleh penyusun khususnya pengetahuan tentang kemasyarakatan, misalnya bagaimana hidup bermasyarakat yang baik, mengetahui masalah-masalah yang ada di masyarakat dan mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Banyak hal yang bisa penyusun ambil hikmahnya selama melaksanakan KKN. Semua yang telah diperoleh penyusun dapat menjadi bekal bagi penyusun untuk hidup bermasyarakat di kemudian harinya. Semoga apa yang telah penyusun peroleh selama KKN ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya di kemudian hari. Amin...

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Tidak ada kesimpulan yang dapat kami haturkan kecuali rasa terimakasih yang mendalam kepada Allah SWT atas kesempatan yang diberikan dalam melakukan pembelajaran di masyarakat Banyunganti Kidul. Banyak hal yang kami dapatkan selama berinteraksi dalam masyarakat. Tentunya hal-hal tersebut akan kami lalui kelak ketika terjun secara langsung dalam pembangunan masyarakat.
Akhirnya, seluruh program kerja yang kami rencanakan telah mampu terlaksana meskipun beberapa program kerja yang tidak bisa terlaksana dan akhirnya sudah bisa tergantikan dengan program kerja yang lainnya, dan akhirnya dapat terlaksana dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Semoga program-program tersebut dapat bermanfaat bagi warga masyarakat dan dapat dikembangkan lebih lanjut demi kemajuan masyarakat Banyunganti Kidul. Amin...

Rabu, 22 September 2010

Instrumen Penilaian Non Tes

PENDAHULUAN

Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat-sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kegitan belajar. Sasaran test ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9) ”penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan tugas-tugas yang riil”.
Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung.
Disini pemakalah akan membahas secara lebih lanjut tentang pengembangan instrumen non tes.

PEMBAHASAN

A. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.





B. Pengertian Penilaian Non Test
Belajar dan mengajar mengandung 3 unsur yaitu perencanaan pengajaran, kegiatan belajar mengajar dan penilaian . Pada dasarnya penilaian atau evaluasi bukan hal yang baru dalam proses pencapaian tujun pengajaran, karena penilaian merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dari seluruh rangkaian belajar mengajar, penilaian menentukan dan mengukur seberapa besar pelajaran yang sudah dikuasai oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan (Hasan dan Zainul, 1992).
Ditinjau dari segi bahasa, sebagaimana dikutip dari buku Kamus lengkap Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa penilaian diartikan sebagai proses menggunakan nilai suatu objek untuk dapat menentukan suatu nilai atau hanya suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria (Poerwaderminta, 1984: 671). Sedangkan menurut Sudjana (1989: 3), “Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu”. Adapun menurut Hasyim (1997: 103), “Penilaian meliputi seluruh proses dan alat yang digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai perkembangan atau penilaian hasil belajar siswanya”.
Dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian diartikan sebuah istilah umum yang menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai belajar siswa (pengamatan, penilaian, penampilan atau proyek test tertulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai kemajuan belajar siswa.
Mengingat penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar yang digunakan baik siswa maupun guru dan pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, maka dalam penilaian yang dilihat sejauh mana keefektifan dalam efisiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.
Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian. Menurut Sudjana (1989:6) “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan)”.
Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim (1997: 8) ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.
Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstrasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian otentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performa murid dengan setting yang alami.
Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilaian yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenis penilaian lain yaitu non test.

C. Fungsi Penilaian Non Test.
Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efisiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.
Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:

  1.  Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional.
  2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
  3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilai prestasi yang didapatnya.
  4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
  5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.


D. Teknik Non – Test
Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.
Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.

Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan. Selain itu observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut:
 dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
 direncanakan secara sistematis
 hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
 perlu diperiksa ketelitiannya.

a. Pembagian Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan non-partisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi non-partisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi non-partisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi non-sitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi non-sistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara non-partisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

  • Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
  • Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
  • Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.


b. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

  • Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
  • Direncanakan secara sistematis
  • Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
  • Dapat diperiksa validitas, rehabilitas dan ketelitiannya.


c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

  • Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
  • Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
  • Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
  • Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.



Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

  1.  Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
  2. Apabila si objek yang diobservasi mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
  3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

Langkah-langkah menyusun observasi :
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian

2. Wawancara (Interview)
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relation) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
2. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
3. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian

Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
Sedangkan Kelemahan wawancara:
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara

Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview) yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menulis jawaban ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai keadaan responden.
b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.

3. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
 gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
 susun kalimat sederhana tapi jelas
 hindari kata-kata yang sulit dipahami
 pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
 hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.

Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi :
a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
(1) Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya
b) Ditinjau dari segi cara menjawabnya:
(1) Kuesioner tertutup
Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
(2) Kuesioner terbuka
Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan angket antara lain:

  • Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang singkat.
  • Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
  • Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

  • Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
  • Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
  • Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angket nya.

Langkah-langkah menyusun angket :
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian

4. Catatan anekdot
Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak.
b. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
c. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.

Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Objektif
Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
 Catatan dibuat sendiri oleh guru.
 Pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi.
 Deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
b. Deskriptif
Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.
c. Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.

5. Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebagainya. Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
2. Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.

6. Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interaksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
 murid yang populer (banyak disenangi teman).
 murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
 klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).
Sosiometri juga dapat digunakan untuk:
 memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu.
 menentukan kelompok kerja
 meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.

7. Skala penilaian/ rating skala
Skala penilaian digunakan untuk mengetahui keterangan tentang proses pembelajaran, misalnya: sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika.

8. Daftar cocok
Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok ( √ ) pada kolom yang telah disediakan.

9. Riwayat hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.

E. Pengembangan Instrumen Penilaian
Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :

  • berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
  • relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
  • menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom
  • mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
  • mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
  • mengikuti kaidah penulisan soal.

F. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes
Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):
1. Menentukan spesifikasi instrumen
2. Menulis instrumen
3. Menentukan skala pengukuran
4. Menentukan penskoran
5. Menelaah instrument
6. Melakukan uji coba
7. Menganalisis hasil uji coba
8. Melaksanakan pengukuran
9. Menafsirkan hasil pengukuran


PENUTUP
Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :

  • berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
  • relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
  • menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom
  • mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
  • mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
  • mengikuti kaidah penulisan soal.

Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):
 Menentukan spesifikasi instrumen
 Menulis instrumen
 Menentukan skala pengukuran
 Menentukan penskoran
 Menelaah instrument
 Melakukan uji coba
 Menganalisis hasil uji coba
 Melaksanakan pengukuran
 Menafsirkan hasil pengukuran

Minggu, 19 September 2010

PAUD dan Orang Tua

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Anak dibekali potensi bawaan (QS. 16 : 78) yaitu potensi indrawi (psikomotorik), IQ, EQ dan SQ. Semua manusia perlu mensyukuri pembekalan dari Allah SWT, dengan mengaktualisasikannya menjadi kompetensi. Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya." Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.


Islam telah menempatkan wanita pada posisi yang mulia dengan tugasnya sebagai ibu. Tanpa keikhlasan dan kerelaan seorang ibu memelihara janin yang dikandungnya selama 9 bulan, tidak akan lahir anak manusia ke bumi ini. Demikian pula dengan kerelaannya dan kesabarannya ketika menyusui dan mengasuh bayinya, hal itu akan berperan besar terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan anak. Posisi seorang wanita yang ridlo dengan kehamilannya sebanding (dari segi pahala) dengan seorang prajurit yang berperang di jalan Allah dan ia sedang berpuasa.


Seorang ibu memiliki peran yang sangat vital dalam proses pendidikan anak sejak dini, sebab ibulah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak, sosok pertama yang memberi rasa aman, dan sosok pertama yang dipercaya dan didengar omongannya. Karenanya ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Peran itu sangat menentukan kualitas masyarakat dan negaranya. Sedemikian penting peran ibu dalam menentukan masa depan masyarakat dan negaranya, sampai kaum perempuan (ibu) tersebut diibaratkan tiang negara.


Kedekatan fisik dan emosional ibu dengan anak sudah terjalin secara alamiah mulai masa mengandung, menyusui dan pengasuhan. Kasih sayang seorang ibu merupakan jaminan awal untuk tumbuh kembang anak dengan baik dan aman. Para ahli berpendapat bahwa kedekatan fisik dan emosional merupakan aspek penting keberhasilan pendidikan. Di sinilah arti penting peran ibu terhadap pendidikan anak usia dini.


Untuk menjalani peran ini Allah SWT telah memberikan potensi pada ibu berupa kemampuan untuk hamil, menyusui serta naluri keibuan. Disamping itu, Allah SWT juga telah menetapkan serangkaian syariat yang memerintahkan ibu untuk menjalankan perannya sesuai dengan potensi yang telah Allah berikan. Seperti anjuran untuk menyusui anak selama 2 tahun, mewajibkan ibu untuk mengasuh anaknya selama masa pengasuhan (hadlonah), yakni sampai anak bisa mengurus dirinya sendiri. Hal ini akan mendorong ibu untuk melakukan semua tanggung jawabnya semata karena mematuhi perintah Allah SWT. Sesungguhnya anak bagaikan ‘radar’ yang dapat menangkap setiap obyek yang ada di sekitarnya. Perilaku ibu adalah kesan pertama yang ditangkap anak.


Apabila seorang ibu memiliki kepribadian agung dan tingkat ketaqwaan yang tinggi, maka kesan pertama yang masuk ke dalam benak anak adalah kesan yang baik. Kesan yang baik ini akan menjadi landasan yang kokoh bagi perkembangan kepribadian anak ke arah ideal yang diinginkan. Disamping itu, anak sendiri membutuhkan figur contoh (qudwah) dalam mewujudkan nilai-nilai yang ditanamkan kepadanya selama proses belajar di masa kanak-kanak, sebab akal anak belum sempurna untuk melakukan proses berpikir. Ia belum mampu menterjemahkan sendiri wujud nilai-nilai kehidupan yang diajarkan kepadanya. Kekuatan figur ibu akan membuat anak mampu untuk menyaring apa-apa yang boleh dan tidak boleh diambil dari lingkungannya. Karena anak menjadikan apa yang diterima dari ibunya sebagai standar nilai.


Para pakar pendidikan mengajarkan bahwa keteladanan adalah media pendidikan yang paling efektif dan berpengaruh dalam menyampaikan tata nilai kehidupan. Dalam hal ini ibulah orang yang paling tepat untuk berperan sebagai qudwah pertama bagi anak. Ibulah yang paling besar peranannya dalam memberi warna pada pembentukan kepribadian anak, sehingga dibutuhkan ibu yang berkualitas yang akan mampu mendidik anaknya dengan baik. Pembinaan kepribadian anak menjadi tanggung jawab orang tua terutama ibu. Keluarga berperan menjadi wadah pertama pembinaan agama dan sekaligus membentenginya dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari luar. Peran orang tua terutama ibu menjadi penting karena ibulah yang paling tahu bagaimana perkembangan dan kemajuan anak, baik fisik maupun mentalnya.


Anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik. Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua.


Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun.


Mengapa orang tua perlu meningkatkan intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah? Jawabannya, sekolah saat ini meminta persyaratan yang cukup tinggi dari kualitas seorang siswa. Masih didapat siswa yang masuk SD sudah diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan. Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, lebih mudah menerima hal-hal yang baru, atau intelektualitas anak bisa dikembangkan jauh sebelum mereka masuk ke sekolah. Kondisi seperti itulah yang menempatkan orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam program pendidikan informal yang terjadi di lingkungan keluarga.

Sabtu, 18 September 2010

Menjadi Murid yang Sukses

Sekolah dengan tahun ajaran baru sudah dimulai. Itu artinya kita harus mulai untuk rajin belajar lagi agar kita dapat melewati tahun ini dengan baik. Nah, agar kalian dapat menjadi seorang murid yang sukses melewati tahun ajaran ini, tips-tips dibawah ini mudah-mudahan dapat membantu:

1. Usahakan untuk masuk sekolah setiap hari.
Kadang kita merasa malas untuk bangun pagi, apalagi kalau di hari Senin. Aduh, rasanya masih mengantuk sekali. Akhirnya kita berpikir untuk mencari alasan agar tidak masuk sekolah. Untuk mengejar ketinggalan, kalian meminjam catatan dari temanmu. Eit, tunggu dulu, dengan meminjam catatan dari teman bukan berarti kalian dapat mengerti apa yang diajarkan oleh bapak dan ibu guru di sekolah lho. Pada saat temanmu menulis catatan tersebut, dia menuliskan apa yang dianggap perlu olehnya. Nah, bagaimana kalau ternyata ada hal penting lain yang tidak tercatat olehnya? Wah, bisa-bisa saat ditanyakan di ulangan, kita tidak dapat menjawabnya.

2. Mulailah masuk ke kelas dengan perasaan terbuka.
Kalian pasti bertanya-tanya, apa sih maksud dari kalimat diatas? Kita sering merasakan kita menyukai kelas yang satu sedangkan ada juga kelas yang tidak kita sukai. Entah itu karenanya gurunya galak, tidak dapat menerangkan dengan baik atau bahan yang diajarkan tidak menarik. Karena alasan itulah akhirnya kita sering ogah-ogahan untuk mengikuti kelas tersebut dengan baik. Wah, kalau kita merasa begini terus, bisa-bisa kita tidak dapat nilai bagus di buku rapor. Agar, nilai di rapor tetap memuaskan cobalah untuk tidak langsung men-cap kelas tersebut tidak menyenangkan. Dengarkan apa yang diajarkan oleh guru tersebut, lalu resapi pelajaran yang diajarkan hingga kalian mengerti. Kalau ada yang kurang jelas, cobalah untuk bertanya kepada guru tersebut. Ingat, bahwa semua guru menginginkan agar muridnya pintar dan beliau tidak akan lelah untuk mengajari hingga kalian mengerti. Dengan begitu, selain kamu mengerti pelajaran yang diajarkan, kalian juga menciptakan hubungan yang baik dengan guru kalian.

3. Selalu siap sebelum masuk kelas.
Untuk memastikan bahwa pelajaran yang diajarkan dimengerti oleh para muridnya, guru sering memberikan latihan untuk di rumah atau yang kita sebut dengan pekerjaan rumah (PR). Biasakan untuk menyelesaikan dan mengumpulkan PR tersebut di saat yang ditentukan. Apabila kalian kesulitan menyelesaikan tugas tersebut, kalian dapat meminta bantuan dari ayah, ibu, kakak, teman sekelas atau bahkan dari guru mata pelajaran tersebut. Begitu juga dengan tugas-tugas lain seperti prakarya atau kerajinan tangan. Cobalah untuk mengumpulkan tepat pada waktunya. Dengan demikian, nilai yang kalian dapatkan utuh dan tidak dipotong karena terlambat mengumpulkan.

4. Ikuti bimbingan belajar.
Kalian atau bahkan teman kalian pasti ada yang pernah ikut bimbingan belajar bukan? Bimbingan belajar dapat membantu kalian untuk lebih memperdalam pelajaran yang diajarkan di sekolah. Banyak bimbingan-bimbingan belajar yang dapat kalian ikuti. Pastikan sebelum mendaftar, bimbingan belajar yang kalian pilih merupakan bimbingan belajar yang baik. Coba tanyakan dengan teman kalian, bimbingan belajar apa yang diikutinya dan apakah itu membantunya untuk mengerti pelajaran di sekolah.
Powered By Blogger