1. Pengertian validitas. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukanlah ditekankan pada tes itu sendiri tetpi pada hasil pengetesan atau skornya.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua akan diperoleh validitas empiris (empirical validity).
Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh suatu instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas konstrak.
Sebuah instrumen dikatakan memiliki valisitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Dengan demikian, validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua macam, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sudah sesuai dengan kreterium yang sudah tersedia disebut memiliki validitas ”ada sekarang” (concurrent validity). Sedangkan instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi (predictive validity).
2. validitas isi mengandung arti bahwa suatu instrumen dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur.
3. validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Atau apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam indikator.
4. validitas prediktif menunjukkan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang.
5. validitas konkuren menunjukkan pada hubungan antara skor tes dengan yang dicapai sekarang. Mislanya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk dapat ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan sumatif yang lalu.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas instrumen.
a) Faktor dari tes itu sendiri : petunjuk yang kurang jelas, struktur bahasa yang sulit dipahami, tingkat kesulitan yang tidak sesuai, ambigitas, butir soal tidak sesuai dengan indikator yang akan diukur, waktu yang tidak sesuai, tes terlalu pendek, urutan soal yang tidak tepat, pola jawaban yang mudah ditebak.
b) Faktor yang terdapat dalam respon siswa: tingkat kesiapan dan psikologis peserta tes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar