Model
pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Roy Killen menamankan model ekspositori ini dengan istilah model pembelajaran
langsung (dirrect intruction), karena dalam model ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
itu.[1]
Model ekspositori
sama seperti model ceramah. Kedua model ini menjadikan guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
Dominasi guru dalam kegiatan belajar-mengajar model ceramah lebih terpusat pada guru dari pada model ekspositori. Pada model ekspositori siswa lebih aktif dari pada model ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal
sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakan bersama dengan siswa lain, atau disuruh membuatnya dipapan tulis.[2] Metode Ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru
kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara
individual, menerangkan lagi kepada siswa apabila dirasakan banyak siswa yang
belum paham mengenai materi. Kegiatan siswa tidak hanya mendengar dan mencatat, tetapi siswa juga menyelesaikan latihan
soal dan bertanya
bila belum mengerti.
Beberapa karakteristik
model ekspositori, diantaranya: [3]
a.
model ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama
dalam melakukan model ini., oleh karena itu sering mengidentikanya dengan
ceramah;
b.
materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal
sehinga tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang;
c.
tujuan utama pembelajaran dalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang
sudah diuraikan.
[1] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 179.
[2] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer (Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2001), hlm. 171.
[3] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 179.
alhamdulillah,,,cukup membantu
BalasHapusPemaparannya singkat dan jelas saya suka
BalasHapus