Translate

Senin, 14 November 2011

Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Prosem)


Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum dapat dicapai oleh siswa. Jangan sampai materi pelajaran atau jumlah kompetensi dasar yang harus dicapai terlalu banyak tidak sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam kurikulum, sehingga pada akhir pembelajaran menjelang ujian akhir semester guru ngebut menyampaikan materi pada siswa sehingga mengabaikan kualitas pembelajaran.
Menyususn program tahunan pada dasarnya adalah menetapkan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi dasar berdasarkan penyusunan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan program tahunan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.  Perhatikan berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran dalam seminggu dalam struktur kurikulum seperti yang telah ditetapkan pemerintah.
2.   analisis berapa minggu efektif dalam setiap semester, untuk menentukan berapa minggu efektif yang tersedia untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Penentuan ini didasarkan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.

Rencana program semester merupakan penjabaran dari program tahunan. Program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, sedangkan program semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.
            Untuk membuat program semester perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.   tentukan  standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ingin dicapai
2.   tentukan jumlah alokasi waktu atau jumlah jam pelajaran setiap SK dan KD disesuaikan dengan program tahunan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
3.   tentukan pada bulan apa dan minggu ke berapa proses pembelajaran KD itu akan dilaksanakan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus.
Dalam RPP minimal ada 5 komponen pokok, yaitu tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi.
1.   Tujuan Pembelajaran
Dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan, tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai siswa. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tugas guru adalah menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi indikator hasil belajar.

2.   Materi Pelajaran
Materi Pelajaran berkaitan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pelajaran ini harus digali dri berbagai sumber belajar sesuai dngan tujuan yang harus dicapai     
3.   Strategi dan metode pembelajaran
Strategi dan metode pembelajaran harus dirancang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Strategi dan metode pembelajaran harus dapat mendorong siswa untuk beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya.  Dengan memiilh Strategi dan metode pembelajaran yang tepat maka proses pembelajaran akan berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberikan ruang yang cukup bagi pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik
4.   Media dan sumber belajar
Media adalah alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran. Penentuan media dan sumber belajar harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan daerah.
5.   Evaluasi
Evaluasi dalam KTSP diarahakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar, dan untuk merngumpulkan informasi tentang  proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa.

Langkah-Langkah Merumuskan Silabus


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dari komponen-komponen yang harus dikembangkan tersebut, silabus lebih aplikatif dibandingkan dengan program tahunan maupun program semester sebab di dalamnya mneyangkut langkah-langkah nyata sebagai pedoman pembelajaran.
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam merumuskan silabus adalah sebagai berikut:
1.      menentukan identitas silabus
Identitas silabus terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester. Penentuan identitas ini berguna untuk memberikan informasi kepada guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan silabus, misalnya karakteristik siswa, kemampuan awal atau prasyarat yang harus dimiliki siswa, dan lain sebagainya.
2.      Merumuskan standar kompetensi
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Standar kompetensi dari setiap mata pelajaran sudah ada pada standar isi ditentukan  oleh para pengembang kurikulum.
3.      Merumuskan kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah  pengetahuan, ketrampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompertensi yang telah ditetapkan. Kompetensi dasar. merupakan penjabaran dai standar kompetensi. Rumusan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran sudah ada dalam standar isi kurikulum, tugas guru hanyalah menganalisis kompetensi tersebut.
4.      Merumuskan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah segala aktivitas belajar siswa baik kegiatan fisik, kegiatan non fisik, termasuk kegiatan mental yang dilakukan baik didalam maupun diluar kelas untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tertentu.  Berbagai ragam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
5.      Mengidentifikasi materi pokok/materi pembelajaran
Materi pokok disusun untuk pencapaian tujuan, sehingga dipilih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai. Dalam menentukan materi pokok harus mempertimbangan beberapa hal; sebagai berikut:
a.       potensi peserta didik
b.      relevasn dengasn ksrskteristik daerah
c.       tingkast perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik
d.      kemamfaatan bagi peserta didik
e.       struktur keilmuan
f.       aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
g.      relevan dengan kebutuhan peserta duidik dan tuntutanlingkungsan
h.      sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia
6.      Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
Indikator pencapaian disusun untuk menentukan keberhadsilan pencapaian kompetensi dasar dan sebagai dasar untuk menyususn alat evaluasi. Indikator dirumuskan dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur keberhasilannya, dan perilaku tersebut berorientasi pada hasil belajar dan bukan pada proses belajar, dan setiap indikator hanya mengandung satu bentuk perilaku.
7.      menentukan penilaian
Penilaian adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan yaitu kegiatan memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadsdi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, penilaian tidak hanya dilakukan dengan tes baik lisan maupun tulisan, tetapi bisa juga melalui nontes seperti wawancara, observasi, dan lain-lain.
8.      Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah minggu efektif  dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
9.      Menentukan sumber belajar
      Sumber belajar adalah rujukan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, dan lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Pengembangan Media dan Sumber Belajar


Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan siswa melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat maka proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya kehadiran guru di dalam kelas. Siswa dapat belajar kapan dan di mana saja, dan materi apa sesuai dengan minat dan gaya belajar mereka. Guru sebagai perencana pembelajaran dituntut untuk mampu merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
Untuk memahami peranan media dalam proses pembelajaran dalam rangka mendapatkan pengalaman belajar siswa, Edgar Dale melukiskan dalam sebuah kerucut yang dinamakan Kerucut pengalaman (Cone of Experience). Kerucut Pengalaman ini digunakan untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.Kerucut pengalaman Edgar Dale memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin kongkrit siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, semakin sedikit pengalaman yang diperoleh siswa.
Dari gambar kerucut pengalaman di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami dan merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan serta berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari.
2.    Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui benda atau kejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang sebenarnya. Mempelajari objek tiruan sangat besar manfaatnya  untuk menghindari terjadinya verbalisme
3.    Pengalaman melalui drama yaitu pengalaman yang diperoleh dari kondisi dan situasi yang diciptakan  melalui drama atau peragaan dengan menggunakan skenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Walaupun siswa tidak mengalami ecara langsung terhadap kejadian, namun melalui drama, siswa akan lebih menghayati berbagai peran yang disuguhkan. Tujuan belajar melalui drama ini agar siswa memperoleh pengalaman yan lebih jelas dan kongkrit.
4.    Pengalaman melalui demonstrasi adalah teknik penyampaian  informasi melalui peragaan. Jika dalam drama siswa terlibat secara langsung dalam masalah yang dipelajari meskipun tidak dalam situasi nyata, maka pengalaman melalui demonstrasi siswa hanya melihat peragaan orang lain.
5.    Pengalaman wisata adalah pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata siswa akan dapat mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi. Selanjutnya pengalaman yang diperoleh dicatat dan disusun dalam cerita atau makalah secara sistematis dan isinya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
6.    Pengalaman melalui pameran. Pameran adalah usaha untuk menunjukkan hasil karya. Melalui pameran siswa dapat mengamati hal-hal yang ingin dipelajari, karena pameran lebih abstrak sifatnya dibandingkan dengan wisata, sebab pengalaman yang diperoleh hanya terbatas pada kegiatan mengamati wujud benda itu sendiri.
7.    Pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televisi perupakan perantara sehingga siswa dapat menyaksikan berbagai peristiwa yang ditayangkan dari jarak jauh sesuai dengan program yang dirancang.
8.    Pengalaman melalui gambar hidup dan film. Gambar hidup atau film merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Dengan mengamati film siswadapat belajar sendiri walaupun bahan belajarnya terbatas sesuai dengan naskah yang disusun.
9.    Pengalaman melalui radio, tape recorder dan gambar. Pengalaman melalui media ini sifatnya lebih abstrak dibandingkan pengalaman melalui gambar hidup sebab hanya mengandalkan salah satu indra saja.
10.              Pengalaman melalui lambang-lambang visual, seperti grafik, gambar, dan bagan. Sebagai alat komunikasi lambang visual dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa, sebab siswa dapat memahami berbagai perkembangan atau struktur melalui bagan dan lambang visual lainnya.
11.              Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang sifatnya abstrak. Siswa memperoleh pengalaman hanya melalui bahasa baik lisan maupun tulisan. Kemungkinan terjadinya verbalisme sebagai akibat dari perolehan pengalaman melalui lambang verbal sangat besar oleh karena itu, sebaiknya penggunaan bahasa verbal harus disertai dengan penggunaan media lain.
            Dari kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin kongkrit pengetahuan diperoleh. Siswa akan lebih kongkrit memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, melalui benda-benda tiruan, pengalaman melalui drama, demonstrasi, wisata, pameran, dan lain-lain.  Dari kerangka itulah maka diperlukan komponen media pembelajaran dalam sistem pembelajaran.
            Media pembelajaran adalah seluruh orang, peralatan, kegiatan, perangkat keras dan lunak, dan bahan yang menciptakan kondisi belajar dan dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti seminar, radio, televisi, buku, koran, majalah, LCD, OHP, dan lain-lain.
            Pada kenyataannya, dalam mempelajari matematika yang objeknya keseluruhan abstrak, memberikan pengalaman langsung kepada siswa bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah dari segi perencanaan, waktu,  dan sejumlah pengalaman yang sangat tidak mungkin dipelajari secara langsung oleh siswa. Oleh karena itu, peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran khususnya matematika.
            Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.      Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Hal-hal penting dapat disajikan dengan film atau gambar slide, misalnya bagaimana terbentuknya lingkaran, elips, parabola, dan hiperbola dari irisan kerucut oleh suatu bidang datar, tempat kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang dan lain-lain.
2.      Memanipulasi keadaan, peristiwa, objek, tertentu
Dengan media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkrit sehingga mudah dipahami siswa, dan dapat membantu guru menjikan objek yang terlalu besar atau kecil dan tidak mungkin ditampilkan di kelas dapat digunakan slide, foto, gambar, dan lain-lain.


3.      Menambah semangat dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi dapat lebih meningkat. Misalnya dengan menampilkan berbagai bentuk benda-benda geometri dengan berbagai ukuran dan warna.
4.      Memiliki nilai praktis
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman siswa dan ruang kelas, dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman pengalaman,  menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat, dapat membangkitkan motivasi dan semangat siswa, membangkitkan semangat dan minat, mengontrol kecepatan belajar, memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang kongkrit sampai yang abstrak.

            Dalam pemilihan media pembelajaran perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      sesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai
2.      berdasarkan konsep yang jelas
3.      sesuaikan dengan karakteristik, minat, kebutuhan dan kondisi siswa
4.      sesuaikan dengan gaya belajar siswa dan guru  serta kemampuan guru dalam mengoperasikannya
5.      sesuaikan dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan waktu yang tersedia untuk kebituhan pembelajaran.
6.      memperhatikan efektivitas, dan efisiensi dalam penggunaan

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar dari segi proses dan hasil belajar. Implementasi pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini, bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya adalah:
1.      pesan
Pesan merupakan sumber belajar berupa pesan formal yaitu pesan yang  dikeluarkan oleh lembagas resmi misalnya pemerintah, atau pesan yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pesan ini dapat disampaikan secara lisan maupun dalam bentuk dokumen, misalnya kurikulum, silabus, satuan pelajaran, dan sebagainya. Selain pesan formal ada juga pesan non formal yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai bahan pelajaran
2.      orang
Semua orang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sumber belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar, seperti guru, konselor, widyaiswara, dan lain lain, selain itu juga orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas, misalnya politisi, psikolog, pengusaha, dan lain-lain.
3.      bahan
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti biuku paket, buku teks, modul, film, alat peraga, dan lain sebagainya.
4.      alat
Alat yang dapat digunakan sebagai sumber belajara adalah benda-benda yang berbentuk fisik yang berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pembelajaran mencakup OHP, slide, film, dan lain-lain.
5.      Teknik
Teknik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah cara yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang mencvakup ceramah, permainan, tanya jawab, dan lain-lain.
6.      latar
latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun di luar sekolah yang dirancang secara khusus disiapkan untuk pembelajaran yang mencakup pengaturan ruang, pencahayaan, perpustakaan, lapangan, dan lain-lain.

A.    Pengembangan alat evaluasi
               Merencanakan alat evaluasi merupakan salah satu langkah yang tidak boleh ditinggalkan dalam perencanaan pembelajaran. Dengan evaluasi yang tepat akan dapat ditentukan keberhasilan dalam menccapai tujuan pembelajaran, dan dapat digunakan untuk melihat efektivitas program yang direncanakan.
Rencana evaluasi membantu guru untuk menentukan apakah tujuan-tujuan telah dirumuskan sehingga memudahkan merencanakan suatru tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Rencana evaluasi juga akan memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes yang baik. Bagi guru, evaluasi menentukan efektivitas kinerjanya selama pembelajaran, dan bagi pengembang kurikulum evaluasi dapat meberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan. Ada beberapa fungsi evalasi, yaitu:
1.      sebagai umpan balik bagi siswa
2.      untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuanyang telah ditentukan
3.      dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum
4.      secara individual digunakan siswa untuk mengambil keputusan dalam menentukan masa depannya
sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan pendidkan 

Pengembangan Pengalaman Belajar


Merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan aspek penting dalam perencanaan pembelajaran. Merancang pengalaman belajar pada hakikatnya menyusun skenario pembelajaran sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk merancang dan mengembangkan pengalaman belajar siswa, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.      sesuaikan dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai
Untuk merumuskan tujuan yang berada dalam domain kognitif, maka pengalaman belajar dapat dirancang hanya dengan mendengarkan atau membaca. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam domain afektif maupun psikomotorik tentunya berbeda lagi.
2.      sesuaikan dengan jenis bahan atau materi pelajaran
Pengalaman belajar yang direncanalkan harus memperhatikan karakteristik materi pelajaran baik dari kompleksitas materi maupun pengemasannya.
3.      ketersediaan sumber belajar
Pengalaman belajar yang direncanakan harus memperhatikan ketersediaan sumber belajar yang dapat digunakan.
4.      sesuaikan dengan karakteristik siswa
karakteristik siswa yang harus dipertimbangkan antara lain minat, bakat, kecenderungan gaya belajar, dan kemampuan dasar siswa
            Pengembangan pengalaman belajar menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan pengalaman belajar siswa di antaranya adalah:
1.      Memberikan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2.      Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa
3.      memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan
4.      memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukan
5.      memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dan memberikan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
6.      membantu siswa dalam menarik kesimpulan

Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar, sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh dari aktivitas sendiri pada situasi yang sebenarnya. Pengalaman langsung akan sangat bermanfaat  karena siswa mengalami sendiri sehingga kemungkinan kesalahan prsepsi akan dapat dihindari. Namun demikian, kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung sehingga diperlukan alat atau media dalam proses pembelajaran.

Pengembangan Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Pengetahuan menunjuk pada informasi yang disimpan dalam pikiran siswa. Ketrampilan menunjuk pada tindakan-tindakan (fisik dan nonfisik) yang dilakukan seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa.
Dalam mempelajari matematika, obyek langsung dari matematika adalah “fakta”, “konsep”, “operasi”, dan “prinsip” yang kesemuanya adalah abstrak. Sedangkan obyek tidak langsung di antaranya berupa kemampuan membuktikan teorema, kemampuan pemecahan masalah, transfer belajar, balajar tentang belajar, kemampuan inkuiri, dan disiplin diri (Bell, 1981: 108). Objek matematika adalah abstrak dan hanya ada dalam pemikiran manusia, sehingga tidak dapat disentuh atau diraba, yang dapat kita amati hanyalah symbol dari objek matematika.
Fakta dalam matematika adalah suatu kesepakatan yang  disajikan dalam bentuk kata-kata atau symbol. Kita sudah terbiasa dengan symbol “2” dan kata “dua”. Pada saat kita mengatakan “dua” dengan sendirinya tergambar symbol “2”, demikian sebaliknya, jika kita disodori symbol “2” dengan sendirinya kita memadankan dengan kata “dua”. Kaitan symbol “2” dengan kata “dua”ini merupakan fakta. Konsep dalam matematika adalah ide abstrak untuk membantu mengklasifikasikan objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan  apakah objek-objek atau benda-benda adalah contoh atau bukan contoh dari ide abstrak. Pengertian “dua” itu sendiri adalah konsep yang secara matematik diabstraksikan dari adanya ekivalensi antar himpunan-himpunan. Skill mateamtika adalah himpunan aturan dan perintah atau prosedur tertentu yang dikenal dengan algoritma. Untuk menunjukkan konsep tertentu digunakan batasan atau definisi.  Prinsip dalam matematika adalah objek matematika yang lebih kompleks yang menyatakan keterkaitan antara dua atau lebih objek matematika.
Sumber materi pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
  1. Tempat dan lingkungan
  2. Orang atau nara sumber
  3. Objek
  4. Bahan cetak atau non cetak
Materi pelajaran pada dasarnya adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pada anak didik untuk dikuasai yang berupa informasi ide, data/fakta, konsep, dan lain-lain yang berupa kalimat, tulisan, gambar, peta, maupun tanda. Dalam mengemas isi atau materi pelajaran menjadi bahan belajar harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
  1. kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
Sebelum dilakukan pengemasan materi pelajaran sebaiknya ditentukan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai baik berupa tujuan dalam bentuk perubahan perilaku yang bersifat umum, maupun perilaku terukur dalam bentuk indikator hasil belajar.
  1. Kesederhanaan
Kesederhanaan pengemasan bertujuan untuk mempermudah siswa belajar. Kesederhanaan dalam pengemasan ini berupa kesederhanaan dalam penyajiannya, bahasa yang komunikatif dan mudah ditangkap maknanya, dan lebih praktis.
  1. Unsur-unsur desain pesan
Dalam setiap kemasan sebaiknya terdapat unsur gambar  sehingga mudah dipahami.
  1. Pengorganisasian bahan
Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian-bagian menuju keseluruhan. Setiap siswa selesai mempelajari unit tertentu segera berikan umpan balik sehingga siswa menguasai materi secara keseluruhan dan tuntas.
  1. Petunjuk cara penggunaan
Dalam bentuk apapun pengemasan materi harus disertai petunjuk cara penggunaannya.

Pengembangan Kompetensi Sebagai Tujuan Pembelajaran


Komponen tujuan memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran sebab tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Oleh karena itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah perencanaan program pembelajaran.
Merumuskan tujuan pembelajaran  diperlukan dalam merancang program pembelajaran sebab:
1.        tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan jelas akan dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran
2.        tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa.
3.        tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran
4.        tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.

Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Tujuan Pendidikan Umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang.
Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Seadngkan tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan atau kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional berkaitan dengan visi dan misi lembaga pendidikan tertentu.
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler juga dapat diartikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajarai bahasan tertentu daalm bidang studi tertentu pula. Ada  dua jenis tujuan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
Menurut Bloom, bentuk perilaku sebagai tujuan pembelajaran yang harus dirumuskn dapat diklasifikasikan menjadi 3 domain, yaitu: domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  1. Domain kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a.       Pengetahuan
Pengetahuan adalah tingkatan tujuan kognitif yang paling rendah. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat informasi yang sudah dipelajarinya (recall). Pengetahuan mengingat fakta semacam ini sangat bermanfaat dan penting untuk mencapai tujuan berikutnya yang lebih tinggi.
b.      Pemahaman
Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahaman berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menafsirkan, menangkap makna atau arti suatu konsep.
c.       Aplikasi
Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan  pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan menaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru yang kongkrit, misalnya kemampuan memecahkan masalah atau persoalan dengan menggunakan rumus, dalil, atau hukum tertentu.
d.      Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan  atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antara bagian bahan tersebut. Kemampuan ini hanya mungkin dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan.
e.       Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghim[pun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.
f.       evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif, dan berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

  1. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Domain ini merupakan kelanjutan dari tujuan pendidikan dari domain kognitif, sebab seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu ojek jika telah memiliki kemampuan kognitif tingkt tinggi.
Menurut Krathwohl, domain afektif memiliki 3 tingkatan, yaitu penerimaan, merespon, dan menghargai.
a.    Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan,  atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala tertentu jika mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi, atau objek yang ada, kemudian mereka menunjukkan kerelaan uantuk menerima, bersedia untuk memperhatikan gejala, dan akhirnya memiliki kemauan untuk mengarahkan segla perhatiannya terhadap objek itu.
b.    Merespon
Mrespon atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti kemauan untuk meyelesaikan tugas tepat waktu, mengikuti diskusi, membantu orang lain, dan lain-lain.
c.    Menghargai
Menghargai berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu yang terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu, mengutamakan nilai, serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas.
d.   Mengorganisasi/mengatur diri
Mengatur diri merupakan tujuan yang berhubungan dengan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.
e.    Karakterisasi nilai atau pola hidup
Karakterisasi nilai atau pola hidup merupakan tujuan yang berkenaan dengan mengadakan sistesis dan internalisasi sisten nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya menjadi pandangan hidup dan dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

  1. Domain psikomotorik
Domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan dan berhubungan dengan kemampuan ketrampilan atau skill seseorang. Ada 5 tingkatan dalam domain psikomotor, yaitu: ketrampilan meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan, dan ketrampilan naturalisasi.

Dalam KTSP, tujuan pendidikan dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.  Terdapat beberapa aspek dalam setiap kompetensi sebagai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1.      Pengetahuan, yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
2.      Pemahaman, yaitu kedalaman penegtahuan yang dimiliki setiap individu
3.      kemahiran, yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya.
4.      Nilai, yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu.
5.      Sikap, yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
6.      Minat, yaitu kecnderungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Kompetensi lulusan adalah kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu. Standar kompetensi yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku masih bersifat umum sehingga masih sulit diukur ketercapaiannya. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkan program perencanaan pembelajaran dengan menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator hasil belajar yang merupakan kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.

Manfaat Pendekatan dan Komponen Sistem Pembelajaran


A.    Manfaat pendekatan sistem dalam pembelajaran
Manfaat merencanakan pembelajaran dengan pendekatan sistem di antaranya sebagai berikut:
1.      Dengan pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Dengan tujuan yang jelas, maka kita dapat menetapkan arah dan sasaran dengan pasti. Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Melalui pendekatan sistem, setiap guru dapat lebih memahami tujuan dan arah pembelajaran untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lain, dan dapat dijadikan kriteria efektivitas proses pembelajaran.
2.      Pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara sistem adalah berpikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal.
3.      pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya yang tersedia. Jadi berpikir sistematis adalah berpikir bagaimana agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.
4.      pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui umpan balik, dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan telah berhasil dicapai atau belum.

B.     Komponen sistem pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran mengarah pada proses penterjemahan kurikulum yang berlaku.
Sistem pembelajaran mempunyai beberapa komponen di antaranya:
1.      Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarakan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan  pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
2.      Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dlam pembelajaran setelah kom[ponen siswa sebagai subjek belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri.
3.      Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa daapt mencapai tujuan khusus yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan pendidikan adalah menyediakan kesempatan  pada siswa untuk belajar  sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri. Tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa secara individual.
4.      Sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dngan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi lingkungn fisik, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal, petugas perpustakaan, ahli media, dn semua orang yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
5.      Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Jadi ugas utama guru adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan sutu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriteriannya, tetapi dapt mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh beberapa unsur yang membentuknya. Beberapa unsur yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran di antaranya guru, siswa, sarana, alat dan media, dan lingkungan.
a.       Guru
Guru merupakan komponen yang menentukan keberhasilan suatu sistem pembelajaran sebab guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dapat dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran. Sebagai implementator dan desainer pembelajaran, guru brperan sebagai model atau teladan bagi siswa dan sebagai pengelola pembelajaran.

b.      Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan  seluruh aspek kepribadiannya, tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses perkembangan dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, dan karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
c.       Sarana dan prasarana
Sarna adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat menduukng keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan dapat membantu gfuru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
d.      Lingkungan
Ditinjau dari segi lingkungannya, ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi prose pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis. Faktor organisasi kelas di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas yang merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.Faktor iklim sosial psikologis adalh keharmonisan hubungan antara orang yang terlibatdalam proses pembelajaran yang dapat terjadi secara internal atau eksternal.
Powered By Blogger